Tasikmalaya — Bank Indonesia (BI) mendorong penguatan ketahanan pangan nasional dengan mempercepat pengembangan pertanian berkelanjutan di kawasan Priangan Timur, Jawa Barat. Kawasan ini dinilai memiliki potensi besar, namun masih menghadapi sejumlah kendala struktural dalam sektor pertaniannya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Erwin Gunawan Hutapea, menyebut kawasan Priangan Timur — yang meliputi Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Banjar, Ciamis, dan Pangandaran — sebagai salah satu lumbung pangan regional yang penting.
“Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Priangan Timur mencapai 23,3 persen, dengan produksi padi mencapai 772 ribu ton atau 9 persen dari total produksi padi Jabar. Namun, rata-rata pertumbuhan sektor ini hanya 1,79 persen per tahun,” ujar Erwin.
Degradasi Lahan dan Minim Teknologi
Dalam paparannya, BI menyebut sejumlah tantangan yang menghambat produktivitas pertanian di kawasan ini:
-
Terjadinya degradasi lahan pertanian akibat alih fungsi lahan dan erosi.
-
Rendahnya adopsi teknologi pertanian modern.
-
Dampak perubahan iklim yang menyebabkan ketidakteraturan musim tanam dan panen.
Solusi: Pertanian Organik dan Integrasi Ternak
Sebagai bagian dari solusi, BI mendorong perluasan sistem pertanian organik. Kabupaten Ciamis dijadikan sebagai contoh penerapan pertanian organik terintegrasi:
-
Sebanyak 138 petani telah mengelola lebih dari 50 hektare lahan pertanian organik.
-
Kelompok Tani Parikesit menerapkan sistem integrasi ternak-padi, memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk organik alami.
Produksi Meningkat dan Sertifikasi Organik
Sistem pertanian organik terbukti mampu meningkatkan produktivitas:
-
Produktivitas padi organik kelompok Parikesit mencapai 7–8 ton per hektare, melebihi rata-rata padi konvensional (sekitar 6 ton/ha).
-
Sebanyak 24 hektare lahan pertanian telah mendapatkan sertifikasi organik nasional dan internasional, membuka peluang ekspor produk pertanian ramah lingkungan.
Program BI ini menjadi langkah nyata dalam membangun ketahanan pangan berbasis komunitas lokal, sekaligus mempercepat transformasi pertanian konvensional ke arah berkelanjutan. Kawasan Priangan Timur kini tidak hanya menjadi produsen pangan, tetapi juga model nasional dalam inovasi pertanian ramah lingkungan.