Dari investasi miliaran euro hingga kerjasama militer dan luar angkasa, hubungan bilateral Indonesia-Rusia memasuki babak baru setelah pertemuan Prabowo–Putin di St. Petersburg.
St. Petersburg, Rusia – Presiden Indonesia Prabowo Subianto bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kunjungan resmi kenegaraan yang penuh simbolisme strategis, Rabu (19/6). Dalam pertemuan di kota St. Petersburg tersebut, kedua kepala negara menyatakan komitmen mempererat hubungan bilateral dan menandatangani sejumlah kesepakatan besar di berbagai bidang, mulai dari investasi, energi, pertahanan, teknologi, hingga pendidikan dan pertukaran budaya.
Kunjungan ini dinilai sebagai sinyal kuat Indonesia untuk memperluas kemitraan globalnya secara lebih seimbang, keluar dari ketergantungan blok barat maupun timur, dan menciptakan poros mandiri di tengah krisis geopolitik dunia.
Babak Baru Diplomasi RI–Rusia
Dalam konferensi pers bersama usai pertemuan, Presiden Prabowo menyatakan bahwa hubungan RI–Rusia kini memasuki masa keemasan baru.
“Hubungan Indonesia dan Rusia sangat kuat dan penuh rasa hormat. Hari ini kami menyepakati sejumlah langkah strategis agar hubungan ini tidak hanya bersifat simbolik, tapi juga produktif dan konkret untuk rakyat kedua negara,” ujar Prabowo.
Sementara itu, Presiden Vladimir Putin menyebut Indonesia sebagai “mitra utama Rusia di Asia Tenggara,” dan memuji peran Indonesia dalam menjaga stabilitas regional serta menjembatani dialog antarblok global.
Isi Lengkap Kesepakatan RI–Rusia
Dalam dokumen resmi yang dirilis Kremlin dan Kementerian Luar Negeri RI, berikut poin-poin utama dari kesepakatan strategis Indonesia–Rusia:
1. Dana Investasi Bilateral €2 Miliar
Kesepakatan besar pertama adalah pembentukan Dana Investasi Bersama antara Danantara (Indonesia Sovereign Wealth Fund) dan Russian Direct Investment Fund (RDIF). Dana ini akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur, energi, digitalisasi, dan transportasi di kedua negara.
Menurut laporan resmi, target awal investasi mencapai €2 miliar atau sekitar Rp35 triliun, dan akan difokuskan pada sektor-sektor produktif serta memperkuat konektivitas antara kedua negara.
2. Kerjasama Energi dan Pembangunan Nuklir Damai
Rusia melalui perusahaan energi nuklir Rosatom sepakat mendukung Indonesia dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala kecil, khususnya untuk daerah terpencil dan kawasan industri di luar Jawa.
Selain itu, kerja sama juga mencakup proyek kilang minyak dan petrokimia di Jawa Timur, serta investasi dalam pengembangan infrastruktur LNG (gas alam cair) sebagai bagian dari transisi energi Indonesia.
3. Kerjasama Militer dan Latihan Gabungan
Indonesia dan Rusia menandatangani nota kerja sama pertahanan yang mencakup latihan bersama di Laut Jawa, pertukaran teknologi militer, dan peluang pembelian alutsista.
Latihan gabungan ini akan menjadi yang pertama sejak 2008 dan menjadi bentuk “penguatan interoperabilitas pertahanan kawasan” di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
4. Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU)
Indonesia dan Rusia sepakat mempercepat proses finalisasi Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) antara RI dan Eurasian Economic Union (EAEU). Kesepakatan ini akan membuka akses lebih luas bagi ekspor Indonesia seperti sawit, perikanan, tekstil, dan elektronik ke pasar Rusia, Kazakhstan, Belarus, dan Armenia.
5. Penerbangan Langsung Moskow–Bali
Mulai Juli 2024, rute penerbangan langsung Moskow–Denpasar akan dibuka 3–4 kali seminggu melalui operator Rossiya Airlines. Langkah ini diharapkan mendorong wisatawan Rusia ke Indonesia yang sempat menurun akibat perang Ukraina dan sanksi Barat.
6. Beasiswa dan Kerjasama Pendidikan Tinggi
Rusia menambah kuota beasiswa untuk mahasiswa Indonesia yang ingin belajar di universitas-universitas top Rusia, termasuk bidang kedirgantaraan, teknik nuklir, AI, dan agrikultur.
Sebaliknya, Indonesia akan membuka lebih banyak peluang bagi pelajar Rusia untuk belajar budaya dan bahasa Indonesia melalui program Darmasiswa dan BIPA.
7. Kerjasama Teknologi Tinggi dan Luar Angkasa
Indonesia menyatakan minat serius menjalin kerja sama dengan Roscosmos dalam pembangunan fasilitas peluncuran satelit di Biak, Papua. Selain itu, Rusia akan berbagi teknologi kecerdasan buatan (AI), cyber security, dan pengembangan kota pintar (smart city) di Indonesia.
Non-Blok dan Strategi Luar Negeri Baru RI
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo menekankan bahwa pendekatan Indonesia tetap bebas dan aktif, serta tidak memihak blok militer manapun, termasuk NATO, China, maupun Rusia.
Namun, pengamat menilai bahwa pendekatan ini secara tidak langsung menguatkan posisi Indonesia di tengah ketegangan antara blok AS–NATO dan China–Rusia.
“Indonesia mencoba memaksimalkan kepentingannya dengan menyeimbangkan hubungan. Tidak memihak, tapi pragmatis. Rusia dalam hal ini menawarkan dukungan tanpa syarat politik,” ujar Prof. Ade Sudrajat, pakar hubungan internasional dari Universitas Paramadina.
Reaksi Internasional
Kunjungan Prabowo ini menimbulkan berbagai reaksi:
-
Australia dan AS menyatakan keprihatinan jika kerja sama militer mencakup “akses infrastruktur strategis” seperti pangkalan di Biak atau Natuna.
-
China cenderung tenang, karena melihat bahwa Rusia dan Indonesia tidak membentuk aliansi tetap.
-
Rusia menyambut positif sebagai terobosan baru untuk menembus isolasi akibat sanksi Uni Eropa dan AS.
Poros Baru Jakarta–Moskow
Kunjungan ini menjadi titik balik hubungan bilateral yang sempat stagnan setelah era Soekarno dan Perang Dingin. Kini, Indonesia bukan sekadar mitra dagang, tapi juga aktor strategis baru yang mulai memainkan peran global.
Dengan kerja sama yang konkret, strategis, dan saling menguntungkan, poros Jakarta–Moskow bukan lagi mimpi, tetapi kenyataan yang mulai terbentuk secara sistematis dan bertahap.