Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Mahasiswa ITS Terjun ke Daerah Transmigrasi Lewat Ekspedisi Patriot 2025

Surabaya, 25 Agustus 2025 – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melepas 228 mahasiswa untuk mengikuti Ekspedisi Patriot 2025, sebuah program pengabdian masyarakat yang berfokus...
HomeWorldWorldKepala Staf IDF Militer Israel Isyaratkan Menyerang Iran Kembali

Kepala Staf IDF Militer Israel Isyaratkan Menyerang Iran Kembali

Tel Aviv, 14 Agustus 2025 — Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letjen Eyal Zamir, mengisyaratkan kemungkinan dilancarkannya serangan baru terhadap Iran. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam upacara militer di Pangkalan Glilot, Israel Tengah, pada Kamis (14/8).

“Kami siap mengulangi langkah serangan jika diperlukan untuk melindungi keamanan negara Israel,” ujar Zamir, dikutip dari media lokal.

Pernyataan Zamir datang sehari setelah kunjungan Kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Larijani, ke Lebanon. Kunjungan itu dinilai sebagai penguatan hubungan strategis Iran dengan sekutunya di kawasan.

Latar Belakang Ketegangan

Israel bersama Amerika Serikat sebelumnya melancarkan operasi udara selama 12 hari pada pertengahan Juni 2025, menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur strategis Iran. Operasi yang dikenal dengan nama “Rising Lion” juga menyasar kelompok sekutu Iran, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan Houthi di Yaman.

Teheran membalas dengan serangan rudal balistik dan drone sebelum akhirnya disepakati gencatan senjata. Meskipun begitu, kedua belah pihak terus saling melempar peringatan keras.

Respons Iran

Menanggapi pernyataan terbaru dari Israel, militer Iran menegaskan kesiapan menghadapi setiap bentuk agresi. Pihak Teheran bahkan memperingatkan bahwa balasan kali ini akan lebih dahsyat, dengan ancaman mampu “melumpuhkan seluruh penjuru kota Israel.”

Situasi Regional

Ketegangan Israel–Iran menjadi sorotan dunia internasional karena berpotensi memicu eskalasi konflik lebih luas di kawasan Timur Tengah. Negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, masih berupaya menjaga agar jalur diplomasi tetap terbuka untuk mencegah pecahnya perang besar-besaran.