Jakarta, 20 Agustus 2025 – Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Bobby Rasyidin, menyebut proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh/KCJB) sebagai “bom waktu” yang membebani kondisi keuangan perusahaan.
Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI. Namun, penjelasan lebih lanjut dari Bobby terputus setelah disela oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR, Andre Rosiade. Andre meminta agar KAI segera berkoordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), karena solusi terkait proyek Whoosh telah tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025.
Kerugian dan Beban Utang
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025 (unaudited), KAI mencatat kerugian hampir Rp 1 triliun dari investasinya di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) — perusahaan asosiasi yang menjadi bagian dari konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Rinciannya:
Semester I-2025: kerugian sekitar Rp 951,48 miliar
Tahun 2024: kontribusi kerugian sebesar Rp 2,23 triliun
Secara keseluruhan, PSBI membukukan kerugian bersih Rp 4,195 triliun sepanjang 2024, dan kembali mencatat kerugian Rp 1,625 triliun pada semester I-2025.
Tekanan dari DPR
Sejumlah anggota DPR memberikan sorotan keras terhadap kondisi ini. Andre Rosiade menegaskan bahwa KAI tidak bisa menyelesaikan masalah keuangan proyek Whoosh sendirian, melainkan harus mengikuti mekanisme yang sudah disiapkan pemerintah melalui Danantara.
Anggota Komisi VI lainnya, seperti Anggia Ermarini dan Darmadi Durianto, menilai laba KAI sebesar Rp 1,18 triliun pada semester I-2025 berpotensi habis akibat tersedot beban dari proyek kereta cepat. Darmadi bahkan memperkirakan total beban keuangan KAI bisa menembus Rp 4 triliun lebih, dengan potensi meningkat hingga Rp 6 triliun pada 2026 apabila restrukturisasi tidak segera dilakukan.
Peran Danantara dalam Restrukturisasi
BPI Danantara dipandang sebagai kunci utama penyelesaian masalah keuangan Whoosh. CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa pihaknya sedang menyiapkan langkah restrukturisasi utang secara menyeluruh. Tujuannya adalah menemukan solusi permanen, bukan sekadar menunda masalah ke depan.
Gambaran Finansial & Risiko Politik
Aspek | Rinciannya |
---|---|
Kerugian KAI (PSBI/KCIC) | Semester I-2025: ±Rp 951,5 miliar; 2024: ±Rp 2,23 triliun |
Total Kerugian PSBI | 2024: Rp 4,195 triliun; Semester I-2025: Rp 1,625 triliun |
Ancaman terhadap laba KAI | Laba Rp 1,18 triliun berpotensi tersedot untuk menutup kerugian Whoosh |
Proyeksi jangka menengah | Beban keuangan KAI bisa mencapai Rp 6 triliun di 2026 tanpa restrukturisasi |
Solusi Pemerintah | Restrukturisasi utang oleh Danantara melalui RKAP 2025 |
Kesimpulan
KAI saat ini menghadapi dilema besar. Meski berhasil mencetak laba di tengah tantangan bisnis, beban investasi di proyek kereta cepat Whoosh berpotensi menggerus stabilitas keuangannya. DPR mendesak langkah konkret melalui koordinasi dengan Danantara, sementara publik menunggu kepastian restrukturisasi utang agar keberlanjutan KAI tetap terjaga.