Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Mahasiswa ITS Terjun ke Daerah Transmigrasi Lewat Ekspedisi Patriot 2025

Surabaya, 25 Agustus 2025 – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melepas 228 mahasiswa untuk mengikuti Ekspedisi Patriot 2025, sebuah program pengabdian masyarakat yang berfokus...
HomePendidikanFenomena Kemarau Basah: Mayoritas Wilayah Indonesia Diguyur Hujan Ringan di Tengah Musim...

Fenomena Kemarau Basah: Mayoritas Wilayah Indonesia Diguyur Hujan Ringan di Tengah Musim Kemarau

Jakarta, 25 Agustus 2025 – Sebagian besar wilayah Indonesia hari ini kembali diguyur hujan ringan dengan langit berawan tebal, kondisi yang tidak lazim untuk periode kemarau. Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah, yang oleh peneliti klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian, dipicu oleh anomali iklim regional.

Apa Itu Kemarau Basah?

Edvin menjelaskan bahwa kemarau basah merupakan kondisi ketika curah hujan masih cukup tinggi meskipun secara kalender seharusnya memasuki musim kering. “Kondisi ini membuat cuaca terasa tidak menentu. Siang bisa panas terik, tetapi menjelang sore atau malam hujan turun dengan intensitas ringan hingga sedang,” katanya.

Menurut BRIN, anomali ini terjadi akibat pengaruh suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia yang masih hangat, sehingga uap air tetap terbentuk dan memicu pertumbuhan awan hujan.

Daerah yang Terdampak

Berdasarkan prakiraan cuaca, beberapa wilayah yang mengalami hujan ringan dan berawan tebal hari ini antara lain:

  • Sumatra bagian tengah dan utara, termasuk Riau, Sumatra Barat, dan Aceh.

  • Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan intensitas hujan ringan hingga sedang di wilayah pegunungan.

  • Sebagian Kalimantan, terutama Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

  • Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, yang sejak seminggu terakhir masih diguyur hujan sore.

  • Papua bagian pegunungan, dengan curah hujan relatif konsisten sepanjang musim.

Sementara itu, wilayah Nusa Tenggara relatif lebih kering, meski sesekali masih muncul hujan lokal.

Dampak bagi Aktivitas Masyarakat

Fenomena kemarau basah ini membawa dampak positif dan negatif:

  • Pertanian: Beberapa petani di Jawa dan Sumatra justru merasa terbantu karena sawah tidak kekeringan. Namun, ada juga yang mengkhawatirkan potensi kelebihan air di fase tanam tertentu.

  • Transportasi: Perubahan cuaca mendadak memengaruhi aktivitas penerbangan dan transportasi laut, terutama di wilayah yang kerap tertutup awan tebal.

  • Kesehatan: Kondisi lembap yang berkepanjangan meningkatkan risiko penyakit musiman, seperti ISPA dan demam berdarah.

Imbauan BRIN

BRIN mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak. Aktivitas luar ruangan sebaiknya disesuaikan dengan prakiraan cuaca harian. Sektor pertanian, perikanan, hingga transportasi laut juga diimbau untuk terus memantau informasi iklim agar dapat mengantisipasi dampak dari fenomena kemarau basah ini.

“Fenomena ini bisa berlangsung dalam beberapa pekan ke depan. Jadi masyarakat perlu adaptif, karena meskipun kemarau, hujan masih akan terus turun di banyak wilayah,” ujar Edvin.