Jakarta | Oktober 2025 — Praktik manipulasi harga saham atau yang populer disebut saham gorengan kembali mencuat di pasar modal Indonesia. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta Bursa Efek Indonesia (BEI) segera menertibkan emiten dan pelaku pasar yang terindikasi mempermainkan harga demi keuntungan jangka pendek.
Purbaya menilai fenomena saham gorengan tidak hanya menciptakan distorsi pasar, tetapi juga merugikan ribuan investor kecil yang belum memahami mekanisme spekulasi ekstrem di bursa.
“Banyak yang goreng-goreng tapi santai saja… investor kecil jadi rugi kan,” ujar Purbaya dalam dialog pelaku pasar di Gedung BEI, dikutip dari Kumparan Bisnis (9/10).
BEI Diminta Tegas, Insentif Ditahan
Purbaya mengungkapkan bahwa pemerintah menolak memberikan insentif fiskal kepada BEI hingga bursa mampu memperbaiki tata kelola pasar dan menekan praktik manipulatif.
“Perbaiki dulu sistemnya. Jangan sampai yang dirugikan justru masyarakat kecil yang menaruh kepercayaan pada pasar modal,” ujarnya.
BEI sendiri mengaku terus memantau pergerakan saham-saham yang tidak wajar. Otoritas telah memasukkan sejumlah emiten ke daftar Unusual Market Activity (UMA), sebagai sinyal adanya aktivitas transaksi yang mencurigakan.
Menurut catatan BEI, terdapat lebih dari 40 saham yang pernah masuk daftar UMA sepanjang 2024–2025, baik karena lonjakan harga ekstrem maupun volume transaksi tidak normal.
Langkah pengawasan dilakukan melalui mekanisme suspensi sementara, permintaan klarifikasi kepada emiten, hingga publikasi peringatan risiko kepada investor.
Daftar Emiten yang Terindikasi “Gorengan”
Berdasarkan data pasar dan pengumuman resmi BEI, beberapa saham yang tercatat mengalami lonjakan harga dan volatilitas tinggi dalam kurun waktu setahun terakhir antara lain:
AIMS (PT Artha Mahiya Investama Tbk)
Masuk pengawasan BEI sejak Agustus 2025 karena fluktuasi harga tajam tanpa rilis fundamental pendukung.KBLV (PT First Media Tbk)
Naik signifikan dalam waktu singkat sebelum akhirnya masuk daftar UMA pada pertengahan Agustus.MLPT (PT Multipolar Technology Tbk)
Dalam periode tertentu, harganya melonjak lebih dari 4.000 persen — memicu pertanyaan soal basis fundamental.IMJS (PT Indomobil Multi Jasa Tbk)
Aktivitas transaksi melonjak, namun volume dan kapitalisasi pasar tidak sebanding.BOLA (PT Bali Bintang Sejahtera Tbk)
Harga saham naik lebih dari 80 persen dalam setahun terakhir, namun laporan keuangan tidak menunjukkan pertumbuhan laba signifikan.SMDM (PT Suryamas Dutamakmur Tbk)
Beberapa kali mengalami auto rejection atas (ARA) dengan volume kecil, ciri umum saham spekulatif.
BEI menegaskan, status UMA tidak berarti saham tersebut melanggar aturan, namun merupakan bentuk peringatan dini kepada investor agar berhati-hati.
Investor Kecil Jadi Korban
Fenomena saham gorengan membuat banyak investor ritel terjebak pada harga tinggi. Mereka masuk setelah harga naik drastis karena euforia media sosial atau rekomendasi komunitas, lalu mengalami kerugian besar saat harga anjlok.
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menyebut, praktik “menggoreng” saham ini masih sulit diberantas karena melibatkan jaringan yang kompleks.
“Ada kelompok yang sengaja mengangkat harga saham, menciptakan minat semu, lalu melepas di puncak. Yang rugi selalu investor kecil,” ujarnya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia (2024).
Menurutnya, peran regulator seperti BEI dan OJK sangat penting dalam mengedukasi investor pemula serta meningkatkan transparansi perdagangan.
Kasus-Kasus Besar: Jiwasraya dan Asabri Jadi Cermin
Indonesia sempat diguncang dua skandal besar yang melibatkan praktik saham gorengan berskala institusional: Jiwasraya dan Asabri.
Kedua perusahaan asuransi negara itu menempatkan dana investasi di saham-saham berisiko tinggi tanpa dasar fundamental kuat, hingga akhirnya merugi triliunan rupiah.
Laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan, sebagian besar saham yang dibeli tidak likuid dan memiliki pola transaksi yang mencurigakan. Kasus ini kemudian menyeret sejumlah pejabat dan pengusaha ke meja hijau.
Skandal tersebut menjadi pengingat keras bahwa praktik saham gorengan bukan hanya soal trader kecil, tapi juga bisa merusak sistem keuangan negara.
Upaya Regulator dan Reformasi Pasar Modal
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan terus memperketat pengawasan dan menyiapkan sistem peringatan dini berbasis algoritma untuk mendeteksi pergerakan harga tidak wajar.
Selain itu, BEI tengah mengembangkan sistem risk profiling saham, yang akan menandai saham dengan volatilitas ekstrem agar investor mudah mengenali risikonya.
Di sisi lain, BEI dan OJK juga mendorong literasi investasi melalui kampanye “Yuk Nabung Saham” versi terbaru, yang kini menekankan aspek investasi sehat dan fundamental ketimbang spekulasi jangka pendek.
Kesimpulan: Membangun Pasar yang Sehat
Pernyataan keras Purbaya menunjukkan bahwa pemerintah mulai mengambil posisi tegas terhadap praktik manipulasi harga di bursa.
Langkah ini diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal sebagai sarana investasi jangka panjang, bukan arena spekulasi yang menguntungkan segelintir pihak.
“Kalau pasar mau sehat, semua harus disiplin. BEI harus berani menindak, dan investor kecil harus lebih cerdas membaca risiko,” kata Purbaya menutup pernyataannya.





